laporan inisiasi akar

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cara stek banyak dipilih oleh banyak orang apalagi bagi pengebun buah-buahan dan tanaman hias. Alasannya karena bahan untuk membuat ini sedikit. Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat lainnya ( Wudianto, 1999 ).

Stek ada beberapa macam yaitu stek kayu yang cukuo umurnya, stek kayu yang masih muda, stek batang, stek daun, stek akar dan stek tunas. Yang diambil untuk stek adalah dahan kecil atau ranting yang berumur setahun, serta cukup keras yang dipergunakan adalah pangkal dan bagian pertengahan saja. Panjang stek itu 20 cm – 30 cm ( Satiadiredja, 1995 ).

Stek memiliki banyak manfaat yaitu menghasilkan ukuran tanaman yang baik, performa yang baik, chloropyl memiliki perbedaan warna pada setiap spesimen. Bermanfaat utuk hybrid, pertumbuhan lebih baik, baik pada pembungaan, kemunculan bagian tanaman lebih baik dan harga yang lebih bersaing ( Grewal, 2000 ).

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan sebagian batang, akar atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus, cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya ( Hasim, 1995 ).

Dari semua jenis zat pengatur tumbuh yang sangat penting dan evektif mengatur pertumbuhan akar adalah golongan auksin (Ashari, 1955).

Hormon merupakan zat pengatur tumbuh yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh suatu bagian tumbuhan dan ditransportasikan kebagian lain yang dipengaruhinya. Hormon dalam konsentrasi  rendah menimbulkan respon fisiologis. Terdapat dua kelompok hormon yaitu hormon pemicu pertumbuhan dan penghambat pertumbuhan ( Lakitan, 1995 ).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan  Inisiasi Akar ini adalah                       untuk mengetahui pertumbuhan stek tanaman  pada Bougenville                                         ( Bougenvillea spectabillis Wild. ) konsentrasi zat pengatur tumbuh yang berbeda.

Kegunaan Percobaan

–         Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian                 Universitas Sumatera Utara, Medan.

–         Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Steenis (1978) klasifikasi dari bunga bougenville adalah sebagai berikut:

Kingdom          : Plantae

Divisi                : Spermatophyta

Subdivisi           : Angiospermae

Kelas               : Dicotyledoneae

Bangsa             : Caryophyllales

Suku                : Nyctaginaceae

Marga              : Bougenvillea

Jenis                 : Bougenvillea spectabillis Wild.

Tanaman bougenville  termasuk tanaman perdu tegak, tinggi tanaman kira-kira 2-4 meter. Sistem perakarannya  adalah tunggang. Dengan akar-akar cabang yang melebar ke semua arah dengan kedalaman 40  cm – 80 cm. Akar yang terletak dekat permukaan tanah kadang tumbuh terus atau akar bakal tanaman bara ( Hasim, 1995 ).

Bougenville  merupakan perdu yang memanjatdan menggantung, tinggi 0,3 m – 10 m. batang memiliki cabang berkayu bulat, beruas, dan memiliki diameter 5 mm – 8 mm, berwarna coklat dan majemuk ( Steenis, 1978 ).

Bunga bogenville termasuk bunga majemuk, payung 3  – 15 bunga. Bunga beranekaragam ada kuning, merah, merah jambu, ungu, putih dan sebagainya.  Kelopak bunga berbentuk tabung 2 – 4 mm. taju bunga 5 -8, berbentuk paku, berambut halus ( Suryowinoto, 1997 ).

Pasangan daun yang sama dihubungkan dengan tonjolan yang melintang. Daun menyirip berdaun satu, helaian daun lebar bulat sampai memanjang, bertepi rata, bertulang menyirip atau bertulang tiga sampai lima ( Atjung, 1988 ).

Bougenville memiliki buah buni yang masak hitam megnkilat, panjang 1 cm, bebiji dua atau karena kegagalan berbiji satu dan tidak memiliki lekukan         ( Steenis, 1978 ).

Syarat Tumbuh

Iklim

Bougenville sangat menyukai sinar matahari, maka sangat cocok ditanam di tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung                          ( Suryowinoto, 1997 ).

Bougenville menghendaki curah hujan 112 – 199 mm/bulan dengan 6 – 9 hari hujan tiap bulan, serta mempunyai iklim kering dan 5 – 6 bulan basah              ( Steenis, 1978 ).

Tanaman bougenville menghendaki suhu udara siang 28° – 36° c dan suhu udara pada malam hari 24° – 30° c agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik ( Wudianto, 1999 ).

Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini adalah 50% – 80 %. Selain itu, pengembangan budidaya melati paling cocok di daerah yang cukup mendapat sinar matahari ( Suryowinoto, 1997 ).

Tanah

Dalam penanaman, hanya lubang tanam yang perlu diolah. Struktur tanah yang gembur akan sangat mendukung pertumbuhan akar, sehingga tanamannya pun akan dapat tumbuh baik ( Hasim, 1995 ).

Tanaman bougenville umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Padsolik Merah kuning (PMK) latosol dan andosol. Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerase dan drainase yang baik, sumbur, gembur dan banyak mengandung bahan organik ( Wudiarto, 1999 ).

Tanaman bougenville dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada ketinggian tempat 10 – 1600 meter dpl. Namun demikian, tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh                           ( Suryowinoto, 1997 ).

Tanaman bougenville dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang memiliki keasaman (pH) netral yaitu pada pH 5 – 7 ( Hopkins, 1995 ).

Media Tanam

Banyak media yang digunakan untuk menyemaikan stek ini, asalkan gembur dan halus, sehingga akar yang baru keluar tidak terhalang pertumbuhannya. Pasir halus yang telah dibersihkan dari lumpur dan steril sangat diperlukan untuk media ( Wudiarto, 1999 ).

Media yang digunakan untuk perbanyakan tanaman harus memenuhi syarat-syarat berikut :

  1. Cukup kompak (firm an dense)
  2. Mempunyai kapasitas pegang air (Water holding capasity) yang baik atau tinggi
  3. Mempunyai aerase yang baik
  4. Bebas dari benih gulma
  5. Menyediakan unsur hara essensial bagi tanaman.

( Lakitan, 1995 ).

Supaya akar muncul lebih cepat, pangkal batang dapat diolesi dengan ZPT (Zat Perangsang Tumbuh) seperti rootone-F atau ataoruk dengan dosis sesuai petunjuk pada kemasan ( Widiarto, 1996 ).

Fungsi media yang digunkan pada stek adalah untuk mendukung tegaknya batang, tidak mudah goyah, memberikan kelembaban yang cukup, dapat menyimpan air sehingga tersedia bagi bibit tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya ( Lakitan, 1995 ).

Inisiasi Akar

Untuk stek diambil dari semak (pohon kecil), dipilih cabang belum berkayu terlampau keras. Panjang stek 5 cm – 10 cm. Semak akan diambil steknya yang dapat hidup dengan subur, berbunga bagus serta lebat ( Atjung, 1988 ).

Proses pertumbuhan akar adventif terdiri atas tiga bagian difresiasi sel yang diikuti dengan terbentuknya sel-sel meristem (inisiasi akar), diffrensiasi sel-sel meristem tadi sampau terbentuk priomordia akar dan munculnya akar-akar baru ( Ashari,1995 ).

Tipe-tipe dari sistem perakaran memiliki jenis dan perbedaan pada tanaman. Namun secara garis besar ada dua tipe sistem perakaran yaitu primary root system dan adventitious root system ( Cronguist, 1982 ).

Pemebentukan akar dipengaruhi oleh adanya auksin. Auksin pada akar lebih cepat dibandingkan dengan batang, tetapi konsentrasi auksin distimulasi untuk batang dapat menghambat pertumbuhan akar ( Witham and Devlin, 2002 ).

Cara menyemaikan stek batang adalah cabang dipilih sepanjang 10 cm – 15 cm, beberapa daun disisakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan batang-batang setelah disemaikan dalam pot atau kantung plastik lalu diselubungi plastik bening, atau dapat juga pot-pot itu dimasukkan ke dalam kotak kayu yang bertutup ( Widarto, 1996 ).

Keberhasilan perbanyakan tanaman hanya ditentukan oleh langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan. Faktor terpenting yang harus mendapat perhatian adalah ketersediaan air, suhu udara, suhu media, cahaya dan ketersediaan unsur hara essensial bagi tanaman ( Lakitan, 1995 ).

Peranan daun pada stek cukup besar, karena daun melakukan proses assimilasi dan hasil assimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar. Tetapi dalam jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek, oleh karena penguapan yang cukup besar. Maka dari itu daun pada stek yang diikutkan satu atau dua saja atau lebih aman dihilangkan sama sekali                       ( Wudianto, 1999 .

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Dari semua jenis zat penagtur tumbuh yang sangat evektif untuk pertumbuhan akar adalah golongan Auksin-Asam Indol-3 Asetat (IAA) diidentifikasikan pada tahun 1934 sebagai senyawa alami yang menunjukkan aktivitas auksin yang dapat mendorong pertumbuhan akar adventif                         ( Ashari, 1995 ).

Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Ialah Charles Darwin m bahwa ketika dia melihat rumput tumbuh kearah cahaya, Darwin berhasil menunjukkan bahwa organ yang membelok adalah ujung apikal dari benih ( Heddy, 1996 ).

Auksin disentesis dari asam amino triprofan pada daerah pertumbuhan aktif dari pada tanaman. Auksin umumnya dibentuk pada tanaman. Konsentrasi tertinggi hormon ini terletak pada ujung cokoptil, ujung akar dan ujung batang. Auksin berfungsi untuk pertumbuhan daun, meningkatkan pembungaan dan pembentukan akar ( Hopkins, 1999 ).

Inisiasi akar pada umumnya diatur oleh adanya akusin. Daerah tergenerasi akar terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar auksin menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat pada ujung tanaman ( Mukherji and Ghosh, 2000 ).

Auksin berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan sel, fototropisme, geotropisme, dominansi pucuk, pemunculan akar, partenokarpi, absisi sel, pembentukan kalus, bahkan respirasi. Namun, adapula sel yang tidak memerlukan auksin untuk melangsungkan pertumbuhan ( Sulaiman dan Sinurya, 1994 ).

Pada era yang sama ditemukan indol butirat (IBA) dan asam naptalen asetat (NAA) yang mempunyai efek sama dengan IAA. Pada saat sekarang ini masyarakat sudah mengetahui peran auksin sebagai zat tumbuh perangsang perakaran yang dijual dengan nama dagang Biotron atau Rootone-F                       ( Ashari, 1995 ).

Auksin alami, asam indole -3-(IAA) dari tiga auksin sintesis yang sering digunakan dalam percobaan dan aplikasi praktek yaitu IBA, 2,4,-diklorophenoxi dan NAA, rumus bangun NAA yakni :

CH2COOH

(Mohr and Schopfer, 1998).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ± 25 meter dpl. Percobaan ini dilakukan pada tanggal 12 September 2009 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah batang bunga melati sebagai objek percobaan, top soil dan pasir sebagai media tanam, plastik transparan, tali plastik untuk mengikat, lebel nama untuk memberi naman, dan polibag wadah tanam serta larutan Rootone-F sebagai perangsang pertumbuhan akar.

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gunting dan pisau untuk memotong, beker glass sebagai tempat larutan Rootone-F,  plastik untuk menyungkupi tanman, gembor utnuk menyiram tanaman, cangkul untuk mengambil tanah dan mencampurnya.

Prosedur Percobaan

–         Dipilih cabang tanaman yang baik, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda sepanjang ± 20 cm.

–         Direndam cabang bagian bawah dengan larutan Rootone-F selama beberapa menit.

–         Diisi media kedalam polibag yaitu campuran topsoil dan pasir dengan perbandingan 2:1 selama beberapa menit.

–         Ditanama bahan stek, disiram sedikit air.

–         Ditanam dengan disungkup dengan plastik transparan.

–         Diikat dengan tali plastik.

–         Diamati pertumbuhan tanaman setiap minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Komoditi          : Bougenville ( Bougenvillea spectabillis Wild.)

Parameter         : Jumlah Tunas

Perlakuan         : Tanpa daun

Tanggal Pengamatan Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm
12/09/2009 1 tunas 2 tunas
19/09/2009 2 tunas 2 tunas 4 tunas
26/09/2009 2 tunas 2 tunas 4 tunas 6 tunas
03/10/2009 2 tunas 3 tunas 4 tunas 8 tunas
10/10/2009 3 tunas 5 tunas 5 tunas 9 tunas
17/10/2009 4 tunas 6 tunas 5 tunas 9 tunas
23/10/2009 5 tunas 6 tunas 5 tunas 9 tunas

Komoditi          : Bougenville ( Bougenvillea spectabillis Wild.)

Parameter        : Tinggi tunas

Perlakuan        : Tanpa daun

Tanggal Pengamatan Kontrol 500 ppm 1000 ppm 1500 ppm
12/09/2009 2,9 cm 1,4 cm
19/09/2009 1,5 cm 3,1cm 2,9 cm
26/09/2009 2,3 cm 2,5 cm 3,6 cm 2,1 cm
03/10/2009 3,2 cm 3,5cm 3,6 cm 2,1 cm
10/10/2009 3,5 cm 4,6 cm 3,9 cm 3,0 cm
17/10/2009 4,3 cm 4,7 cm 4,5 cm 3,5 cm
23/10/2009 5,0 cm 4,9 cm 5,3 cm 4,3 cm

Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penutupan atau penyungkupan tanaman stek dapat mengurangi proses penguapan tanaman, dan ini merupakan tujuan utama dalam penyungkupan tersebut agar proses penguapan oleh daun tidak tinggi sehingga pertumbuhan akar tidak terhambat. Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto (1999) yang menyatakan peranan daun pada stek cukup besar  karena daun akan melakukan proses asimilasi dan hasil asimilasi tentu dapat mempercepat pertumbuhan akar, tetapi jumlah daun yang terlalu banyak akan menghambat pertumbuhan akar stek oleh karena penguapan yang cukup besar.

Dari  hasil percobaan diketahui bahwa pemberian ZPT yang optimal  yaitu pada  1000 ppm, hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut merupakan dosis yang sesuai umtuk memacu pertumbuhan organ-organ vegetatif, misalnya pada akar sehingga akar dapat berkembang secara optimal. Hal ini sesuai dengan literatur Widiarto (1996) yang menyatakan bahwa supaya akar muncul lebih cepat, pangkal batang dioles dengan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) seperti Rootone- F atau  atonik dengan dosis yang sesuai petunjuk keasaman.

Dari percobaan diketahui untuk dapat menghasilkan stek yang baik, maka kita harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari stek, yaitu  pemotongan  harus dilakukan dengan  pisau  yang  tajam, batang dipilih yang memiliki sekurang-kurangnya 2 mata tunas dan dipotong antara 10-30 cm, dan permukaan pemotongan juga harus halus, agar  pembentukan  bakal lebih mudah terbentuk. Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto  (1999) yang menyatakan batang kita potong antara 10-30 cm, bergantung pada jenis tanamannya. Atau paling tidak setiap stek mempunyai 3-5 mata tunas.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas dan jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan 1500 ppm  pada V, VI, dan VII MST yaitu masing-masing 9 tunas, hal ini diakibatkan pada perlakuan tersebut tanaman dapat tumbuh  secara optimal karena sesuai dengan kebutuhan yang paling sesuai bagi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman dapat lebih optimal. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (1995) yang menyatakan keberhasilan perbanyakan ditentukan oleh langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan.

Dari hasil percobaan menunjukan bahwa jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST, hal ini dikarenakan pemberian dosis yang terlalu sedikit menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan perkembangan vegetative. Hal ini sesuai dengan literatur Lakitan (1995) yang menyatakan keberhasilan perbanyakan ditentukan oleh langkah-langkah yang tepat dalam melaksanakan metode pembiakan.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada  perlakuan tinggi tunas, maka tunas tertinggi ditunjukan pada perlakuan 1000 ppm pada VII MST, hal ini dikarenakan  pada kondisi tersebut tanaman dapat tumbuh secara optimal. Hal ini sesuai dengan litaratur Widiarto (1996) yang menyatakan bahwa supaya akar muncul lebih cepat, pangkal batang dioles dengan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) seperti Rootone- F atau  atonik dengan dosis yang sesuai petunjuk keasaman.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas terendah  terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST hal ini disebabkan pada pertumbuhanya tanaman belum mampu menghasilkan tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto  (1999) yang menyatakan batang kita potong antara 10-30 cm, bergantung pada jenis tanamannya atau paling tidak setiap stek mempunyai 3-5 mata tunas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

  1. Pemberian ZPT pada perbanyakan tanaman melalui stek dapt mempercepat pertumbuhan tanaman.
  2. Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas dan jumlah tunas tertinggi terdapat pada perlakuan 1500 ppm  pada V, VI, dan VII MST
  3. Dari hasil percobaan menunjukan bahwa jumlah tunas terendah terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST
  4. Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada  tunas tertinggi ditunjukan pada perlakuan 1000 ppm pada VII MST
  5. Dari hasil percobaan diketahui bahwa tinggi tunas terendah  terdapat pada perlakuan kontrol dan 500 ppm pada I dan II MST.

Saran

Sebaiknya pada saat pengamatan bila tanaman sudah mulai bertunas hendaknya penyungkupnya segera dibuka untuk menguangi penguapan sehingga  perkembangan tanaman yang optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.

Atjung., 1988. Tanaman Hias, Memelihara, Menanam dana Gunanya. Jakarta.

Cronguist, A., 1982. Basic Botany Third Edition. Harper & Row Publisher. New York.

Grewal., 2000. Propagation of Ornamental Plants. Kalyani Publisher. New Delhi.

Hasim, I., 1995. Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Heddy, S., 1996. Hormon Tumbuhan. CV. Rajawali. Jakarta.

http//www.Google.com., diakses pada tanggal 24 juli 2007.

http//www.Vegetatif/slekt+100%.com.,  diakses pada tanggal 01 September 2009.

http//www.prestasihertein.blogspot.com. pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Html diakses pada tanggal 01 september 2009.

htttp//www.iptek.apiji.or.id., diakses pada tanggal 01 September  2009.

Hopkins, W.G., 1995. Aneka Permasalahan Tanaman Hias dan Pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lakitan, B., 1995. Hortikultura Teori, Budidaya dan Pascapanen. PT Raja Grafindo. Jakarta.

Mohr, H and Schopfer., 1998. Plant Physiologi. Springer. New Delhi.

Mukherji, S and Ghosh., 2002. Plant Physiology. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company Limite. New Delhi.

Suryowinoto, S.M., 1997. Flora Eksotika, Tanaman Hias Berbunga. Yogyakarta.

Satiadiredja, S., 1995. Hortikultura Pekarangan dan Buah-Buahan. Yasaguna. Jakarta.

Sulaiman, A.H. dan Sinurya, G., 1994. Dasar-Dasar Biokimia Untuk Pertanian. USU Press. Medan.

Steenis, C.G.G.J., 1978. Flora Untuk Sekolah Indonesia. Pradnya Paramitha. Jakarta.

Wudianto, R., 1999. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wudiarto, L., 1996. Perbanyakan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Witham, F.H and Devlin, R.M., 2002. Plant Physiology Fourth Edition. CBS Publisher & Distributors. New Delhi.

2 Komentar (+add yours?)

  1. ena
    Feb 23, 2010 @ 12:04:19

    wah panjang sekali laporannya aku yakin pasti bermanfaat dan mendapat nilai dan ilmu yang bagus juga

    Balas

  2. asep
    Des 23, 2011 @ 07:54:13

    siip… bagus…
    maksih…

    Balas

Tinggalkan Balasan ke asep Batalkan balasan